68 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 1 Januari 1947, seluruh masyarakat Palembang berjuang secara mati-matian selama lima hari lima malam guna melawan Belanda yang berusaha merebut kembali kemerdekaan yang telah berhasil diperoleh oleh bangsa Indonesia. Meski hanya menggunakan peralatan dan sejata sederhana, kegigihan masyarakat Palembang dalm berjuang berhasil membuat tentara Belanda kocar-kacit. Hingga akhirnya pada 6 Januari 1947 tercapailah kesepakan gencatan senjata. Dan untuk mengenang semangat perjuang pada masa itu dibangunlah Monumen Perjuangan Rakyat, MONPERA, di pusat kota dan berdekatan dengan jembatan Ampera.
Dibutuhkan waktu 12 tahun untuk menyelesaikan pembangunan monomen yang berada di Jl. Merdeka dan berada di depan Masjid Agung ini. Dengan menggunakana dana APBD yang mencapai Rp1.181.351.800, monumen ini mulai di bangun pada 17 Agustus 197. Kala itu yang menjadi gubenur adalah Asnawi Mangku Alam. Hingga pada masa Gubernur H Sainan Sagiman pembangunan monumen ini baru selesai pada tanggal 23 Februari 1988 dan diresmikan oleh H Alamsyah Ratu Perwiranegara, yang menjadi Menko Kesra kala itu.
Dengan besarnya dana yang dihabiskan, tiap sudut MONPERA dibangun dengan ciri tertentu yang memiliki arti khusus. Dengan bentuk bangunan yang menyerupai bunga melati berkelopak lima, bentuk bangunan ini memiliki makna sucinya perjuangan para pahlawan. Monumen ini memiliki tinggi hingga 17 meter dengan jalur tampak depan sejumlah delapan serta 45 jalur dan bidang melambangkan hari kemerdekaan Indonesia. Enam tiang beton yang kokoh saling bertautan tiga-tiga pada bagian samping kiri dan kanannya. Tiang beton ini menggambarkan kesatuan keresidenan kala itu yang terdiri dari Palembang, Lampung, Bengkulu, Jambi dan Babel.
Sebuah batu pualam berbentuk gading gajah berukuran besar terdapat di depan dan berisikan peresmian monumen ini. Gajah sendiri merupakan hewan yang menghuni pedalamn hutan Sumatera Selatan. Peletakan gading gajah ini merupakan simbol atas perjuangan para pahlawan yang gugur dan meninggalkan darma bakti mereka bagi negara. Peletakan gading ini pun simeteris dengan lambang garuda yang menghiasi monumen. Lambang garuda ini memiliki makna bahwa kemerdekaan adalah modal dasar untuk membangun bangsa. Dua buah relief yang menggambarkan pertempuran lima hari lima malam dan penderitaan rakyat juga tampak menghiasi monumen ini. Selain 6 beton penopang, ada pula beton yang dibuat menanjak ke atas di dua sisi dan bagian gedung utama. Masing-masing sisi dibuat tiga jalur hingga berjumlah sembilan yang menggambarkan Batanghari sembilan atau jumlah anak sungai di Sumatera Selatan yang pada akhirnya bermuara di sungai Musi.
Dibangun di atas lahan seluas 23.565 m², dengan luas bangunan mencapai 3.926,4 m², monumen ini memiliki 8 lantai, dengan lima lantai sebagai museum. Keunikan lain bangunan ini juga terletak dari luasnya bangunan yng berada di lantai dengan nilai ganjiil. Lantainya juga dibuat lubang tengah sehingga anda bisa menyaksikan lantai di bawah anda. Di ruangan museum anda bisa melihat berbagai koleksi yang menjadi saksi bisu perang lima hari lima malam, mulai dari senjata, berbagai dokumen, uang lama, patung para pahlawan, baju pahlawan hingga foto-foto pada masa itu. Keterangan yang berada di bawahnya akan membantu anda untuk lebih memahami sejarah. Alunan musik khas Palembang akan menemani anda selama berkeliling museum.
Lantai pertama adalah kantor pelayanan tamu dan keamanan. Terdapat miantur monpera lengkap dengan keterangannya dan toko souvenir di sini. Untuk koleksi senjata ditempatkan di lantai dua dengan berdinding kaca. Mulai dari pistol, senapan, kecepek, ranjau hingga alat pelontar bom yang kerab dipakai pejuang tempo dulu dapat anda saksikan di sini. Umumnya senjata-senjata ini diperoleh dari hasil rampasan. Sedangkan di lantai tiga anda bisa melihat replika wajah para pejuang, lengkap dengan baju mereka, baik itu militer maupun sipil. Untuk lantai empat digunakan sebagai kantor. Selain ruang pamer tetap, beberapa ruangan lain yang ada di museum ini seperti:
- Ruang Auditorium
- Ruang Perpustakaan
- Ruang Laboratorium/Konservasi
- Ruang Penyimpanan Koleksi
- Ruang Bengkel
- Ruang Administrasi
- Ruang Audio Visual
Anda juga bisa naik ke bagian atas museum dan menikmati pemandangan Kota Palembang secara keseluruhan. Tangga-tangga yang menjadi akses terlihat begitu curam melambangkan perjuangan yang harus di lalui untuk mencapai kemerdekaan, dalam hal ini perjuangan untuk bisa sampai ke bagian atas museum. Bagaiamana, tertarik untuk belajar sejarah di museum ini? Cukup dengan membayar Rp 2.000 anda bisa menikmati koleksi museum yang buka pada pukul 08.00-15.30 ini sambil mengenang para pahlawan. Untuk akomodasi, anda tidak perlu khawatir karena beragam hotel murah di Palembang bisa anda jadikan jujukan, seperti:
- Hotel Aryaduta Palembang
- Grand Zuri Palembang
- Tune Palembang
- Aston Palembang Hotel & Conference Center
- Zuri Express Palembang
Refrensi:
- http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1565/museum-monumen-perjuangan-rakyat-monpera
- http://dianpermata-sari.blogspot.com/2012/08/sejarah-monpera.html
- http://www.travelmatekamu.com/2014/08/17/monpera-monumen-perjuangan-rakyat-palembang-berdiri-kokoh-di-pusat-kota-palembang/