Tanggal 28 Oktober kemarin, bangsa Indonesia memperingati salah satu hari bersejarahnya, yakni hari Sumpah Pemuda. Pada tanggal 28 Oktober tiga puluh dua tahun yang lalu, pemuda-pemudi Indonesia, mengikrarkan diri untuk satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia, yakni Indonesia, di sebuah rumah pondokan yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda. Museum Sumpah Pemuda terletak di jalan Jl. Kramat Raya No. 106, Jakarta.
Pada awalnya museum ini merupakan rumah tinggal milik Sie Koang Liang yang didirikan pada permulaan abad ke-20. Kemudian pada tahun 1908 disewa oleh pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal dan belajar. Karena terletak di jalan keramat, gedung ini pun kemudian lebih dikenal dengan sebutan Gedung Keramat. Sedangkan pelajar STOVIA dan RS menyebutnya dengan nama Langen Siswo. Tokoh-tokoh yang pernah tinggal di sini ialah Muh. Yamin, Amir Sjarifoedin, Soenarko, dan lain sebagainya.
Di tahun 1927, gedung ini mulai digunakan sebagai gedung pergerakan. Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering menggunakan gedung ini untuk membicarakan format perjuangan. Bahkan gedung ini juga digunakan sebagai tempat kongres beberapa organisasi perjuangan seperti Sekar Roekoen dan PPPI. Dan di gedung ini pula diadakan Kongres Pemuda Kedua pada Oktober 1928, dengan ketua Soegondo Djojopuspito. Pada akhirnya gedung ini pun diberi nama Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw yang berarti gedung pertemuan.
Usai pelaksanaan sumpah pemuda, banyak penghuni Indonesische Clubgebouw meninggalkan tempat ini lantaran telah menyelesaikan sekolahnya. Hingga kemudian di tahun 1934, gedung ini kembali menjadi rumah tinggal yang disewa oleh Pang Tjem Jam selama tiga tahun. Setelah masa sewa Pang Tjem Jam habis, gedung ini kemudian disewa oleh Loh Jing Tjoe sebagai kios bunga. Selama sebelas tahun disewa oleh Loh Jing Tjoe, pada tahun 1948-1951, gedung ini berubah fungsi menjadi hotel dengan nama Hotel Hersia. Dan di tahun 1951 hingga 1970, Inspektorat Bea dan Cukai menyewa gedung tersebut sebagai perkantoran.
Pada tahun 1968, salah satu pelaku Kongres Pemuda Kedua, Prof. Mr. Soenario, berkirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, agar Gedung Keramat kembali ke bentuk asalnya. Hal ini dimaksudkan agar sejarah yang ada tetap terjaga dan nilai-nilai persatuan Sumpah Pemuda dapat diwariskan kepada generasi yang lebih muda. Berdasarkan SK Gubernur No. cb.11/1/12/72 jo Monumenten Ordonantie Staatsblad No. 238 tahun 1931, tertanggal 10 Januari 1972, Gedung Kramat 106 diputuskan sebagai benda cagar budaya.
Pada tanggal 3 April 1973, Pemda DKI memugar gedung tersebut guna dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda. Hal ini sebagai tindak lanjut terhadap SK Gubernur tersebut. Pemugaran tersebut selesai pada tanggal 20 Mei 1973 dan diresmikan oleh Gubenur DKI, Ali Sadikin. Satu tahun berikutnya, gedung tersebut kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Pada tanggal 16 Agustus 1979,Pemda DKI menyerahkan Gedung Sumpah Pemuda kepada Pemerintah Pusat, yakni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tanggal 28 Oktober 1980 dilakukaan pembukaan selubung papan nama Gedung Sumpah Pemuda sebaai penyerahan dari Pemda DKI kepada Pemerintah Pusat. Pada tanggal 07 Februari 1983, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 029/O/1983, tanggal 7 Februari 1983. Dalam SK tersebut menyatakan bahwa Gedung Sumpah Pemuda sebagai UPT dilingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda. Pada tahun 1999, Departemen Pendidikan Nasional menyerahkan Museum Sumpah Pemuda kepada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk dikelola. Dan sekarang Museum Sumpah Pemuda dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Di Museum Sumpah Pemuda, anda akan melihat berbagai koleksi yang meliputi, foto-foto kegiatan organisasi pemuda, replika biola WR. Suprtaman, patung-patung replika peristiwa sumpah pemuda dan para tokoh. Bahkan anda juga bisa melihat lantai keramik museum yang masih sama sejak gedung tersebut didirikan. Anda juga bisa berkunjung ke perpustakaan museum yang mempunyai koleksi buku-buku sejarah Indonesia.
Jika anda tertarik untuk berkunjung, museum Sumpah Pemuda buka pada hari Selasa-Jumat, pukul 08.00-15.00 WIB dan hari Sabtu-Minggu, pada pukul 08.00-14.00 WIB. Sedangkan untuk hari Senin/ Hari Besar, perpustakaan ini tutup. Untuk menikmati layanan Museum anda hanya akan dikenakan tiket masuk dewasa sebesar Rp. 2.000 dan anak-anak Rp. 1.000. Namun jika anda datang bersama rombongan, anda hanya akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 1.000 bagi dewasa dan Rp. 500 bagi anak-anak. Dan mulai tanggal 28 0ktober hingga 12 November 2014 mendatang, anda bisa mengunjungi perpusatakaan tesebut secara gratis. Seru kan! Anda bisa mengajak keluarga anda untuk belajar sejarah sekaligus meneladani semangat para pemuda 1928.
Jika anda membutuhkan penginapan, tersedia berbagai hotel di sekitar museum Sumpah Pemuda, diantaranya:
Untuk informasi hotel murah di Jakarta, dapat anda lihat di 1001malam.com
Refrensi:
- http://www.museumsumpahpemuda.com/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Sumpah_Pemuda