Lombok

Pura Lingsar, Lombok

Pura Lingsar merupakan pura tertua dan terbesar di Kabupaten Lombok. Terletak di Desa Lingsar, Kec Narmada, Kab Lombok Barat. Berjarak sekitar 10km dari Kota Mataram. Pura ini dibangun oleh Raja Anak Agung Ketut Karangasem pada tahun 1714, yaitu ketika Lombok Barat masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan dari Bali. Pura yang memiliki luas hingga 26ha ini merupakan candi campuran antara dua agama yaitu Hindu Bali dan Islam Wetu Telu.

Pura Hindu yang disebut Pura Gaduh terletak di bagian utara dan tempat ibadah Islam Wetu Telu yang bernama Kemaliq dan terletak di bagian selatannya. Baik penganut Hindu maupun islam, mereka hidup berdampingan secara harmonis dalam menjaga dan mengelola pura tersebut. Pura Lingsar dapat dikunjungi dari pagi hingga sore, ketika memasuki pura anda akan dimintai sumbangan sukarela. Di sini juga disediakan telur bagi pengunjung yang ingin member makan ijan yang menghuni di salah satu sumber air pura tersebut.

Biasanya pada akhir tahun, diadakan suatu tradisi Perang Topat atau ketupat antara dua penganut keyakinan yaitu Hindu dan Islam. Dimaksudkan sebagai symbol rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang diberikan selama satu tahun. Selain itu juga diselenggarakan suatu ritual upacara yaitu Upacara Pujawali, berupa sembahyang yang dilakukan oleh umat Hindu untuk menyembah Dewa Siwa. Setelah Upacara selesai, maka perang Topat pun dimulai di sekitar area Pura Kemaliq. Masyarakat akan saling melempar ketupat mulai pukul 16.30 di saat bunga waru gugur dari rantingnya. Biasanya ketupat yang sudah berserahkan di tanah akan dipungut kembali untuk dibawa pulang dengan maksud diletakkan di pojok sawah dengan harapan agar padi mereka hasilnya bisa melimpah.

Apabila anda berjalan terus ke belakang bagian pura, anda akan sampai pada sumber air yang dianggap suci bernama Telaga Ageng atau AIk Mual. Sebelum masuk area Telaga Ageng ini, pengunjung akan dikenakan selendang kuning untuk dililitkan di pinggang. Di dalam kolam air ini terdapat kepingan logam yang berserakan. Biasanya pengunjung akan melempar uang logam hingga ke tengah kolam, dengan harapan akan membawa peruntungan. Tidak jauh dari sumber air ini, akan ada sebuah pancuran yang mempunyai lima titik air. Pengunjung dapat membasuh muka dengan air yang berasal dari kolam suci tersebut.

Selepas ritual lempar koin, maka pengunjung akan diajak bertemu makhluk penghuni  kolam tersebut yakni berupa ikan tune yang bentuknya menyerupai belut besar. Ikan ini dianggap keramat dan suci. Jika anda butuh tempat persewaan anda tidak perlu khawatir karena banyak disediakan oleh warga setempat, atau bahkan jika anda menginap di hotel berbintang juga bisa salah satunya seperti:

Referensi:

  • http://pesonaindonesia.com/kuliner/bali/kuta/33-pura/156-puralingsar.html?site_id=pesonapulaulombok
ifo

Leave a Reply