Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki ribuan pulau yang menawarkan keindahan alamnya. Terutama untuk pulau-pulau kecil yang tak berpenghuni, yang kesemuanya masih perawan dan begitu alami. Salah satu pulau yang menawarkan sejuta surga wisata adalah kepulauan Mnetawai di Sumatera Barat. Kepulauan yang telah ditetapkan sebagai kabupaten sejak tahun 1999 ini memiliki empat pulau besar dan 213 pulau kecil. Letak pulau yang berada di tengah Samudera Hindia menjadikan pulai ini dikelilingi laut yang mengagumkan sehingga cocok dijadikan wisata bahari. Tak hanya itu anda juga bisa merasakan wisata petualang dan juga wisata budaya.
Dengan luas kepulauan secara keseluruhan mencapai 601 km², kepulauan mentawai terdiri dari 4 kecamatan dengan 40 desa. Kepulauan ini termasuk pulau non-vulkanik dengan gugusan kepulauan sebagai puncak pegunungan di bawah laut. Empat pulau besar yang membentuk kepulauan mentawai adalah Pulau Siberut yang merupakan pulau terbesar di kepulauan ini, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan yang memanjang di lepas pantai Provinsi Sumatera Barat dengan dikelilingi Samudera Hindia.
Kepulauan Mentawai diperkirakan telah ada sejak lima ratus ribu tahun yang lalu. Namun sayangnya tidak ada bukti yang menunjukkan siapa orang pertama yang menduduki daerah tersebut. Suku mentawai yang mendominasi penduduk di kabupaten ini pun tak mengetahui gambaran yang pasti tentang asal usul mereka. Beberapa mitologi yang mereka sampaikan agak kabur dan sulit dipercaya. Mereka hanya menyebut daerah mereka dengan nama Bumi Sikerei. Sebagian besar penduduknya memiliki kepercayaan animisme dan sisanya Kristen dan Islam. Hal ini seiring dengan percampuran budaya dengan suku lain lantaran kepulauan ini menjadi daerah trasmigrasi.
Jika anda ingin mengetahui budaya pada zaman neolitikum anda bisa melihat pada suku mentawai. Masyarakat suku ini tak mengenal teknologi pengerjaan logam, bercocok tanam atau pun seni tenun layaknya masyarakat zaman neolitikum. Dalam suku mentawai sebuah keluarga terdiri dari 5-15 orang yang hidup bersama dalam satu desa atau pun di ladang yang mereka kerjakan yang berada di dekat hutan. Ume adalah nama rumah mereka dengan Sakerai sebagai kepala sukunya.
Selain sebagai wisata budaya masyarakat neolitikum, kepulauan mentawai juga menjadi cagar biosfer yang ditetapkan UNESCO sejak tahun 1981. Hal ini terkait dengan keberadaan satwa endemik di kepulauan ini yang harus dijaga dan dilestarikan. Beberapa satwa endemik di kepulauan ini diantaranya:
- Beruk Mentawai, Macaca pagensis
- Monyet Ekor Babi, Simias Concolor
- Tupai Kasturi Mentawai, Tupaia chrysogaster
- Siamang Mentawai, Hylobates klossii
- Lutung Mentawai, Presbytis potenziani
- Tikus Duri Pagai, Maxomys pagensis
- Tikus Raksasa Sipora, Leopoldamys siporanus
- Nyingnying Mentawai, Chiropodomys karlkoopmani
- Tikus Mentawai, Rattus lugens
- Tupai terbang Mentawai, Iomys sipora
- Tupai terbang Sipora, Hylopetes sipora
- Tupai terbang SIberut, Petinomys lugens
- Saudara Tupai, Sundasciurus fraterculus
- Bajing Hitam, Callosciurus melanogaster
- Tupai Berekor-belang Tiga, Lariscus obscurus
- Rusa Sambar, Cervus unicolor oceanus
- Burung Hantu Mentawai, Otus mentawai
- Ular Mentawai, Calamaria klossii
Kepulauan Mentawai juga menjadi surga para surfer dimana terdapat 400 titik selancar dengan 23 titik berskala internasioanal. Pada April-Agustus, merupakan saat yang tepat bagi para surfer untuk menjelajah karena pada saat itu tingginya ombak bisa mencapai 6 meter. Titik selancar tersebar di daerah Nyang-Nyang, Karang Bajat, Karoniki, Pananggelat dan Mainuk (Pulau Siberut), Katiet Basua (Pulau Sipoira) dan Pagai Utara (Pulau Sikakap). Dengan potensinya tersebut, tiap tahun kepulauan Mentawai menjadi tempat terselenggaranya World Champions Surfing Series atau Seri Kejuaraan Dunia Selancar Air yang berlangsung tiap bulan Agustus.
Pemerintah juga memberikan perhatian dengan penyediaan 60 spot ombak ekslusif sebagai fasilitas penunjang di berbagai sudut pulau. Namun pengguna spot ombak eksklusif ini hanya dibatasi pemakainya maksimal 10 orang. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari peselancar saling bertabrakan sewaktu beraksi. Selain sebagai tempat berselancar, pantai-pantai di Kepulauan Mentawai juga memiliki keindahan yang akan membuat anda betah bermain di sana. Misalnya saja pantai blasat dengan pasirnya yang putih dan banyaknya penjual durian dan kelapa. Atau anda juga bisa berkunjung ke Danau Rua Oinan dengan pohon di sekelilingnya dan terletak di tengah hutan di Dusun Saumanganyak.
Untuk menuju ke Kepulauan Mentawai hanya dapat dilakukan dengan kapal motor yang beroperasi pada Minggu malam, oleh Kapal Sumber Rezeki Baru, dan Kamis malam dengan Kapal Simasin. Untuk tiketnya seharga Rp105.000 hingga Rp125.000. Ada pula Kapal Ambu-Ambu yang berangkat pada minggu pertama, yakni Sabtu malam dari Muara Padang dan kembali dari Siberut ke Padang pada Minggu malam.
Untuk akomodasi anda bisa tinggal di rumah penduduk setempat, seperti Desa Madobak, Ugai, dan Matotonan yang sangat bersahabat dan ramah. Jika anda berniat hanya jalan-jalan sebentar di kepulauan mentawai, beberapa hotel di Padang bisa menjadi pilihan. Misalnya saja:
Refrensi:
- http://www.travelesia.co/2013/01/kepulauan-mentawai-surga-wisata-bahari.html
- http://www.harianhaluan.com/index.php/lancong/27223-surga-dunia-di-kepulauan-mentawai
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kepulauan_Mentawai
- http://www.indonesia.travel/id/destination/62/kepulauan-mentawai